Dari Pandangan Mata


Burung kecil itu hinggap
di pucuk daun kembang sepatu
di pucuk daun yang nyaris layu
sebelah jendela kamarku
Seekor lagi datang
hinggap di pucuk kecoklatan lain

Satu daun gugur
dua daun gugur
Mereka menari-nari

Burung-burung kecil itu
dedaunan yang berguguran
Titik-titik embun
masih membekas di pucuk segar
tapi tidak yang kecoklatan

Pentas berakhir,layar tertutup
satu burung terbang
dua burung terbang
dan
daun-daun masih berguguran

   

Mimpi Dalam Mimpi


Aku ini pemimpi, kau tahu
Impianku tertuang
dalam ceria di hadapmu
Semua imajiku kau tahu
Tapi kau tak serba tahu
Satu senyum yang kututup rapat
Kau tak tahu
Kurekat erat bahkan dekat padamu
Kau tak tahu

Aku
hanya
pemimpi,
memimpikan
satu
yang
kini
serba
tahu
Tentang mimpiku

Kesunyian Waktu


Waktu tak pernah banyak bicara
Aku suka itu
Bila iya, mukaku akan terlalu malu
Karena ia akan katakan
padamu
Puisi-puisi ini milikku
Hingga kau muntahkan habis
Sisa keping mimpiku

Aku ingin banyak bicara
Waktu juga menahanku
Tak kan perlu ada kata
Bila satu pandang mata
menikam, menusuk
dan aku tak ingin kau
mati olehku

Biar antara aku dan waktu
Biar kau pikir entah siapa
Hanya agar kau tahu
Di seberang bilakah terbit surya
ada aku

[Senangnya, ketika kita tahu, pernah ada hati-hati yang menyatu...berkat kata-kata bodoh itu :P]

SIMFONI BURUNG


BIAR BURUNG MELAGU SIMFONI HATI
OLEH MENDUNG
KALA BUWANA TAK BERMENTARI
OLEH RINTIK YANG MENGUAK SENYUM AWAN,
MENGHUJAM BUMI

BILA PADANYA
SUATU PAGI YANG MALAMNYA KUTEMU ARTI
SAAT BAIT-BAIT GAYATRI
MELANTUN, BERADU ALUNAN ROSARIO
DAN BILA BENAR PADANYA
KUDAPAT ARTI,
YANG KEKAL MENGUKIRI
TIAP JENGKAL KULITKU
MAKA BILA ITU SELAMANYA
MAKA ABADI OLEHNYA PADAKU
AKU HANYA AKAN MATI
BILA ANGIN MENGHEMBUSNYA PERGI

[Ada cerita lama yang hanya ingin kuingat sendiri, di sini. Sebuah cerita, sebuah kegagalan pula.]

Sepatu Cokelat


Aku benci ditipu,
lebih benci lagi karena di sebelahku ada yang mati,
padahal aku baru saja mendapat sepatu baru.


***
Sepatu warna cokelat
dengan aroma cokelat.
Kulit mengkilat, warna cokelat.


Sepatu sebelah kanan mengetuk. Tuk, tuk
Sepatu sebelah kiri mengetuk. Tuk, tuk
Dalam hatiku mengutuk. 
Bukan karena sepatu,
melainkan karena ada yang mencoba menipuku.


***
Pagi ini ada yang mati.
Sepatu kanan dan kiri mengetuk lebih cepat. Tuk-tuk-tuk
Tuk-tuk-tuk
Tuk-tuk-tuk
Sebelum sepasang sepatu baruku menarikan tap dance,
aku berhenti mengutuk
sepatu cokelat berhenti mengetuk.
Tapi penipu itu tetap mati.